Mencari Cuan dari Batu Bara
Mencari Cuan dari Batu Bara
Media Name :
Koran Tempo
Publish Date :
Saturday, 11 December 2021
News Type :
Article
Section/Rubrication :
Ekonomi dan Bisnis
News Page :
-
News Size :
1 mmk
News Placement :
Front Cover Page
News URL :
-
Journalists :
Vindry Florentin
Mindshare :
Competitors
Tonality :
Neutral
Topic :
Harga Batubara
Ads Value :
110,000
PR Value :
330,000
Media Score :
-
Media Tier :
-
Resources
  1. Dileep Srivastava - Direktur PT Bumi Resources Tbk. (BUMI)
JAKARTA - Sejumlah produsen optimistis laju kenaikan harga batu bara masih berlanjut. Permintaan batu bara juga diperkirakan tetap tinggi pada tahun depan. Direktur PT Bumi Resources Tbk (BUMI), Dileep Srivastava, menuturkan penurunan angka kasus Covid-19 secara global mendorong pemulihan ekonomi dan berujung pada kenaikan permintaan batu bara. Namun kebutuhan konsumsi ini belum setara dengan pasokannya. Sedangkan sumber energi terbarukan masih belum mumpuni sebagai substitusi.

"Kemampuan produksi dan kebijakan di Cina, India, Indonesia, serta negara lain akan sangat menentukan ketersediaan suplai untuk ekspor dan harga di pasar internasional serta domestik," ujar Dileep, kemarin.

Dileep menuturkan aktivitas produksi batu bara menghadapi beberapa tantangan pada tahun depan. Cuaca menjadi kendala yang paling dominan dengan adanya potensi hujan deras pada awal tahun hingga potensi fenomena iklim La Nina. Selain itu, dia menyatakan, komitmen beberapa lembaga keuangan untuk menghentikan pendanaan proyek batu bara akan turut mempengaruhi suplai serta harga komoditas ini.

BUMI tak ingin kehilangan momentum. Walau belum menentukan angka pasti produksi, perusahaan menargetkan ada kenaikan volume dibanding pada 2021. "Kami mengestimasi produksi sebanyak 85-90 metrik ton (MT) dengan asumsi kondisi cuaca normal," katanya. Adapun pada tahun ini, BUMI memperkirakan memproduksi 80-82 MT batu bara.

Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk, Suryo Eko Utomo, juga masih yakin harga batu baru melanjutkan tren kenaikan pada tahun depan. Untuk itu, perusahaan menargetkan kenaikan produksi sekitar 20 persen pada tahun depan. Sepanjang tahun ini perusahaan membidik produksi 30 juta MT batu bara dan 47 persennya diekspor. Hingga November lalu, realisasinya sebanyak 28 juta MT dengan penjualan 25,8 juta MT.

Meski begitu, perusahaan tetap waspada terhadap fluktuasi harga. "Kami melakukan efisiensi berkelanjutan di setiap lini kegiatan sehingga, apabila terjadi penurunan harga, tidak akan berdampak signifikan pada kinerja perseroan dan tetap dapat membukukan kinerja positif," ucap Suryo. Emiten berkode PTBA itu menikmati keuntungan besar dari kenaikan harga batu bara. Pada tahun ini, laba perusahaan mencapai Rp 7 triliun, terbesar sepanjang sejarah berdirinya perusahaan.

Head of Corporate Communication PT Adaro Energy Tbk, Febriati Nadira, menyatakan perusahaan masih optimistis pada bisnis batu bara lantaran permintaan terhadap komoditas ini masih akan tinggi. "Permintaan batu bara dunia masih tetap tumbuh karena batu bara masih menjadi sumber energi yang ekonomis dan didukung oleh semakin berkembangnya clean coal technology," katanya.

Pada tahun depan, perusahaan masih berharap permintaan di pasar ekspor tetap tumbuh untuk menopang kinerja perusahaan. Saat ini Adaro Energy memasok ekspor ke pasar Asia Tenggara serta Asia Timur dengan porsi masing-masing 21 persen dan 20 persen dari total pasokan ekspor. Di posisi ketiga terdapat Cina dengan porsi 19 persen.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia, Hendra Sinadia, memperkirakan harga batu bara masih bertahan di level positif meski mulai ada penurunan. Menurut dia, permintaan untuk komoditas ini bakal cukup kuat didukung pemulihan ekonomi yang terjadi di beberapa negara.

Gembar-gembor transisi energi pun tak menggoyahkan permintaan terhadap batu bara pada tahun depan. "Batu bara kita 98 persen di Asia-Pasifik, jadi tidak terlalu terpengaruh oleh isu perubahan iklim. Karena India tetap pakai batu bara, begitu juga dengan Cina, Jepang, Taiwan, Filipina, dan Vietnam," ujarnya.

Hendra memperkirakan volume produksi batu bara nasional pada tahun depan tak akan jauh berbeda dibanding pada tahun ini yang mencapai 625 juta ton. Pemerintah pada awalnya hanya menargetkan produksi sebanyak 550 juta ton batu bara, tapi kenaikan permintaan serta harga komoditas ini membuat pemerintah meningkatkan volume produksi sebesar 75 juta ton khusus untuk ekspor.

VINDRY FLORENTIN