Pijar Kincir Harapan di Sela Alas Jati
Pijar Kincir Harapan di Sela Alas Jati
Media Name :
Kompas
Publish Date :
Monday, 27 December 2021
News Type :
Article
Section/Rubrication :
Nusantara
News Page :
11
News Size :
1,750 mmk
News Placement :
Front Cover Page
News URL :
-
Journalists :
Aditya Putra Perdana
Mindshare :
Others
Tonality :
Neutral
Topic :
-
Ads Value :
376,250,000
PR Value :
1,128,750,000
Media Score :
-
Media Tier :
-
Resources
  1. Hariyanto - Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekretariat Daerah Blora
  2. Endah Yuliati - Manajer Senior Keuangan, Komunikasi, dan Umum PT PLN Unit Induk Distribusi Jateng dan DIY
Kebijakan sejumlah kepala desa di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, mengoptimalkan lampu jalan bertenaga angin dan surga produksi lokal membuat jalan antardesa menjadi terang. Ekonomi rakyat pun berkembang.

Berkat inovasi dan kreativitas memanfaatkan angin dan surya, ruas jalan antardesa di pelosok Kabupaten Blora, Jawa Tengah, kini tak lagi gelap gulita. Satu langkah kecil menuju kemandirian energi di Kabupaten Blora, bumi hutan jati.

Terik sinar matahari memapar jalan beton yang menghampar di depan Balai Desa Sukorejo, Kecamatan Tunjungan, Blora, Sabtu (11/12/2021). Sukamto, peningkat Desa Sukorejo, menuju menara setinggi 6 meter di sisi jalan. Di puncak menara berputar kincir angin sumbu vertikal tiga bilah. Di bawah kincir terdapat susunan panel surya yang miring seperti membentuk atap rumah.

Dari menara itu membentang kabel listrik ke barat dan timur untuk lampu jalan di 14 titik sepanjang 1 kilometer. Setiap tiang lampu beijarak 50 meter. "Lampu-lampu kami cek setiap hari. Kalau aki dicek sekitar dua bulan sekali," ujar Sukamto.

Sejak 2019, pos anggaran teknologi tepat guna dimanfaatkan Pemerintah Desa Sukorejo untuk pengadaan kincir yang dikembangkan Noer Chanief (56), guru SMKN 1 Blora. Produk bernama Omset Pintar (Omah Setrum Pintar) itu memanfaatkan angin dan matahari sebagai sumber listrik.

Secara sederhana, listrik yang dihasilkan dari putaran kincir dan sinar matahari disimpan dalam aki. Setiap sore, aki terisi penuh akan menyalakan lampu-lampu jalan. Pagi harinya, dengan sensor, lampu akan mati sendiri.

Ramai dilewati

Penerangan jalan Omset Pintar itu sangat bermanfaat bagi warga Sukorejo. "Ini akses sentral bagi warga ke arah Blora kota. Balikan, warga desa-desa lain pun lewat sini. Alhamdulillah, setelah terang dan makin ramai dilewati, jalan yang tadinya makadam kini sepenuhnya sudah dicor. Jadi mulus," ujar Sukamto.

Jalan kabupaten selebar 4 meter itu memang andalan warga Kecamatan Tunjungan untuk menuju pusat kota Blora. Berjarak sekitar 9 km di sebelah barat pusat kota Blora, sejumlah jalan penghubung desa di Kecamatan Tunjungan selama ini rawan karena selalu gelap.

"Dulu jalannya batu-batu. Ditambah gelap, bahaya juga kalau sedang terburu-buru pakai sepeda motor. Sekarang sudah terang, jalannya mulus lagi. Enggak takut kalau mau jalan-jalan sore ke kata," ujar Aris (19), warga Sukorejo.

Sekitar 7 km ke utara Sukorejo, yakni di Desa Gempolrejo, Tunjungan, sejumlah pekerja sedang menyemen batu kapur di tepi jalan. Di atasnya, rangkaian besi tertancap pada bebatuan itu. Besi itu menjadi penopang Omset Pintar yang hendak dibangun, untuk keperluan jaringan listrik lampu penerangan jalan.

Kepala Desa Gempolrejo Pujo Wicaksono mengatakan, mereka terinspirasi sejumlah desa, termasuk Sukorejo. yang telah lebih dulu membangun Omset Pintar. Jalan kabupaten yang didominasi bebatuan memang kini ramai dilalui warga.

"Hingga tengah malam, banyak warga lewat sini. Naik sepeda, bahkan ada yang jalan kaki. Kebanyakan pemasok daun jati, brambang (bawang merah), dan cabai di pasar yang berangkat dini hari. Kalau jalan sudah bagus, rencananya mau saya kasih angkutan. Kasihan warga," kata Pujo.

Pujo berencana membangun tiga Omset Pintar untuk memenuhi kebutuhan penerangan jalan sepanjang 3 km. Tahap awal, ia kini membangun satu unit untuk menerangi ruas tengah sepanjang 1 km. Seiring terangnya akses jalan desa, ia berharap roda ekonomi kian lancar. Ia pun berharap perbaikan permanen jalan, tak sekadar tambal sulam.

"Selama ini, yang paling kasihan perempuan-perempuan kalau harus keluar malam. Ke pasar, rumah sakit, atau alun-alun Blora. Apalagi habis hujan deras lama, semua jalan tergenang," ujar Mardi (30), warga Gempolrejo.

Noer Chanief menuturkan, kini sudah ada sekitar 10 desa di Blora yang membangun Omset Pintar. Produk yang diproduksi CV Omset Pintar itu juga masuk inkubator Bisnis Berbasis Teknologi Universitas PGRI Semarang.

Banyak desa meminatinya

karena produk itu sederhana, murah, dengan manfaat jelas. "Satu unit seharga Rp 35 juta, tetapi untuk desa, saya subsidi sekitar Rp 10 juta. Pemuda desa, karang taruna, yang mengurasnya saya kasih diklat beberapa hari agar memahami perawatannya," ujar Noer.

Kelebihan

Kelebihan kincir yang dikembangkan Noer yakni tak membutuhkan kecepatan angin tinggi. Cukup 2-4 meter per detik, listrik sudah bisa diproduksi. Menara pun tak perlu tinggi. Ada dua varian daya Omset Pintar, yakni 2.400 watt jam (Wh) dan 3.600 Wh.

Omset Pintar untuk listrik penerangan jalan merupakan pengembangan. Mulanya, produk yang dikembangkan sejak 2017 itu diperuntukkan bagi tempat wisata. Dengan pemanfaatan angin dan surya, Omset Pintar menjadi tempat mengisi ulang daya listrik secara gratis, juga tempat berteduh para wisatawan.

Omset Pintar menjadi satu dari 10 pemenang pada lomba Kreativitas dan Inovasi Masyarakat (Krenova) Jateng pada 2017. Inovasi tersebut juga masuk dalam Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT) Business Camp 2018 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.

Seiring waktu, kebutuhan justru datang dari desa-desa di Blora. Itu dimulai pada 2019, saat Kepala Desa Kedungringin. Kecamatan Tunjungan, menghubungi Noer dan menanyakan apakah Omset Pintar bisa difungsikan untuk membangun jaringan listrik penerangan jalan. Noer menyanggupinya karena teknologi itu sejatinya dapat dipergunakan untuk apa saja.

"Desa Kedungringin memesan dua unit untuk penerangan jalan sepanjang 3 km. Akhirnya, desa-desa lain, seperti Sukorejo, Tutup, dan Gempolrejo, ikut memasang," ujarnya.

Apabila ditambah Omset Pintar untuk tempat wisata dan permintaan dari Kemenristek dan Dikti, Noer total telah membuat 46 unit Omset Pintar. Selain Blora, karya itu juga dipasang di di Kabupaten Magelang dan Banjarnegara (Jateng) hingga Sleman (Daerah Istimewa Yogyakarta).

Lewat Omset Pintar, muncul harapan kemandirian energi di Blora. Apalagi, menurut data Pemerintah Kabupaten Blora, akhir 2020. terdata 2.236 keluarga belum terjangkau listrik. Mereka diusulkan menerima bantuan listrik murah pada 2021. Namun, yang terealisasi baru 823 keluarga.

"Dalam prioritas pembangunan 2022 dari dana desa, kami arahkan penanggulangan kemiskinan melalui pengembangan jaringan listrik," ujar Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekretariat Daerah Blora Hariyanto.

Manajer Senior Keuangan, Komunikasi, dan Umum PT PLN Unit Induk Distribusi Jateng dan DIY Endah Yuliati menuturkan, pihaknya terus berkoordinasi dengan Dinas ESDM Jateng terkait pendataan daerah yang membutuhkan listrik gratis. Baru-baru ini, penyalaan listrik gratis dilakukan untuk 750 keluarga.

Dari Blora, asa mandiri energi mekar lewat kincir Omset Pintar. Terangnya jalan-jalan desa yang membelah alas jati diharapkan mempermudah aksesibilitas warga sekaligus memperkuat simpul ekonomi mulai dari pelosok.