JAKARTA - PT Adaro Energy Tbk (ADRO) melalui anak usahanya, PT Adaro Aluminium Indonesia, menandatangani surat pernyataan maksud investasi {letter of intention to invest) senilai US$ 728 juta atau setara Rp 10,3 triliun untuk membangun smelter aluminium di Kawasan Industri Hijau Indonesia yang terbesar di dunia, yang sedang dibangun oleh PT Kalimantan Industrial Park Indonesia.
Penandatanganan dilakukan oleh Wakil Presiden Direktur Adaro Ario Rachmat di Tanah Kuning, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara, dan disaksikan secara langsung oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. Penandatanganan ini juga disaksikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Ketua Konsorsium Indonesia Garibaldi Thohir, Gubernur Kalimantan Utara Zainal Arihn Paliwang, serta Bupati Bulungan Syarwani.
Ario mengatakan, sejalan dengan komitmen Adaro untuk melakukan transformasi bisnis melalui green initiative jangka panjang, maka Adaro melakukan investasi untuk membangun smelter aluminium guna mendukung program hilirisasi industri yang dicanangkan pemerintah.
“Melalui investasi ini, kami berharap dapat membantu mengurangi impor aluminium, memberikan proses dan nilai tambah terhadap alumina, serta meningkatkan penerimaan pajak negara. Kami juga berharap keberadaan industri aluminium di Kalimantan Utara ini dapat mendatangkan banyak investasi lanjutan dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat,” jelas dia dalam keterangan tertulis, Kamis (23/12).
Untuk mengembangkan industri ini, Adaro juga akan menggandeng mitra kerja dari luar negeri yang sudah memiliki rekam jejak, pengalaman, teknologi terkini dan pengetahuan secara menyeluruh di industri aluminium. Ario menambahkan, pihaknya juga optimistis permintaan dunia afrs produk aluminium akan terus meningkat, terutama untuk kabel, baterai, dan sasis.
“Kami juga berharap di masa mendatang, industri lainnya seperti industri panel surya dan mobil listrik yang membutuhkan aluminium juga bisa diproduksi di sini,” jelas dia.
Dalam tahapan proses produksi dan pengembangan selanjutnya, smelter aluminium Adaro ini juga akan memanfaatkan energi baru dan terbarukan (EBT) dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Aluminium ini mengikuti standar konstruksi modern yang ramah lingkungan dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Cita Mineral
Baru-baru ini, Adaro Energy melalui anak usahanya, PT Alam Tri Abadi (ATA), membeli sebanyak 145,6 juta (3,7%) saham PT Cita Mineral Investindo Tbk (CITA). Nilai transaksi mencapai Rp 358,76 miliar.
“Transaksi pembelian saham Cita Mineral Investindo terjadi pada 14 Desember 2021. Transaksi dilakukan oleh ATA, perusahaan yang 99,99% sahamnya dimiliki secara langsung oleh Adaro Energy,” ungkap Sekretaris Perusahaan Adaro Energy Mahardika Putranto dalam keterangan tertulis.
Mahardika menegaskan, perseroan memilih berinvestasi pada saham Cita Mineral karena bisnis metallurgical grade bauxite dan smelter grade alumina merupakan bisnis yang menjanjikan dalam jangka panjang, seiring perbaikan perekonomian global dan peningkatan harga komoditas.
“Investasi keuangan pada instrumen saham yang dilakukan perseroan ini adalah kegiatan investasi keuangan biasa yang kerap dilakukan dalam treasury management,” jelas dia.
Saat ini, Adaro Energy memiliki posisi keuangan dan tingkat likuiditas yang cukup baik, sehingga perseroan memiliki fleksibilitas untuk melakukan investasi keuangan yang terukur pada instrumen yang memiliki tingkat profil risiko lebih tinggi. Investasi keuangan ini diharapkan dapat memberikan tingkat pengembalian yang lebih baik dibandingkan investasi keuangan yang konservatif.
Adaro Minerals
Sebelumnya, anak usaha Adaro Energy, yaitu PT Adaro Minerals Indonesia (ADMR), mengumumkan rencana penambahan modal melalui penawaran umum perdana {initial public offering/ IPO) saham. Dari IPO tersebut, Adaro Minerals menargetkan penghimpunan dana sebesar Rp 756,07 miliar.
Berdasarkan prospektus, Adaro Minerals siap melepas 6,04 miliar saham atau sekitar 15% ke publik. Harga IPO berkisar Rp 100-125 per saham. PT Ciptadana Sekuritas Asia bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek.
Adaro Minerals akan menggunakan sekitar 60% dana hasil IPO untuk keperluan pemberian pinjaman kepada anak usahanya, yaitu PT Maruwai Coal (MC), untuk perbaikan dan peningkatan kapasitas infrastruktur pertambangan batu bara serta infrastruktur pendukung. Hal itu seiring dengan meningkatnya produksi batu bara dan biaya eksplorasi untuk pengembangan teknik penambangan di Lampunut untuk periode 2022 hingga 2023.
Sisanya akan digunakan untuk membayar kembali sebagian pokok pinjaman kepada Adaro Energy. Hingga Agustus 2021, jumlah utang Adaro Minerals kepada Adaro Energy mencapai US$ 186,9 juta. Pinjaman ini akan jatuh tempo pada 16 Agustus 2026.
Adapun Adaro Minerals adalah anak usaha dari Adaro Energy dengan kepemilikan saham 81,76%. Selain Adaro Energy, pemilik saham lainnya adalah PT Adaro Mining Technologies dan PT Alam Tri Abadi dengan kepemilikan masing-masing 10,54% dan 7,7%.
Adaro Minerals berdiri pada 2007 dengan nama PT Jasapower Indonesia. Pada 2021, perseroan melalui PT Alam Tri Daya Indonesia merampungkan akuisisi 99% kepemilikan PT Lahai Coal, Maruwai Coal, PT Sumber Barito Coal, PT Kalteng Coal dan PT Juloi Coal dan berubah nama menjadi Adaro Minerals. Kegiatan utama Adaro Minerals adalah pertambangan batu bara metalurgi.