Optimalkan Pendanaan Eksternal
Optimalkan Pendanaan Eksternal
Media Name :
Koran Jakarta
Publish Date :
Monday, 06 December 2021
News Type :
Article
Section/Rubrication :
Ekonomi
News Page :
6
News Size :
750 mmk
News Placement :
Front Cover Page
News URL :
-
Journalists :
ers, E-10
Mindshare :
EBTKE
Tonality :
Neutral
Topic :
PLTS
Ads Value :
45,000,000
PR Value :
135,000,000
Media Score :
-
Media Tier :
-
Resources
  1. Fabby Tumiwa - Direktur Eksekutif IESR
  2. Tiza Mafira - Associate Director Climate Policy Initiative Indonesia (CPI)
  3. Namrata Thapar - Kepala Pertambangan Global IFC
Dengan rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RIJPTL) yang merencanakan PLTS lebih banyak, Indonesia bisa memanfaatkan program Scaling Solar.

JAKARTA - Pemerintah diharapkan dapat memanfaatkan sumber pendanaan global dari kreditur internasional untuk mendorong pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) di Tanah Air. Terbaru, anak perusahaan Bank Dunia, International Finance Corporation (IFC), mendorong pendanaan ke sejumlah proyek EB T lebih dari 10 gigawatt (GW) di beberapa negara berkembang.

Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa, mengatakan, sejak beberapa tahun lalu, IFC memiliki program scaling solar untuk membangun pipeline proyek solar photovoltaic (PV) dan mendukung pembuatan biaya proyek PLTS (pembangkit listrik tenaga surya) skala besar sehingga bisa menjadi kompetitif.

IFC sejak 2 tahun lalu sudah menawarkan ke Indonesia, tapi pada waktu itu proyek proyek PLTS masih sangat sedikit. “Sekarang dengan rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL) yang merencanakan PLTS lebih banyak, Indonesia bisa memanfaatkan program scaling solar’’ ucap Fabby pada Koran Jakarta, Minggu (5/12).

Selain itu, lanjut Fabby, ada potensi proyek PITS sampai 18 GW hingga 2025 yang bisa d iba ngun dalam rangka mencapai target 23 persen energi terbarukan. “Perlu memanfaatkan program scaling solar dari IFC untuk mempercepat pembangunan PLTS skala besar dengan investasi dan harga listrik yang kompetitif," ungkap Fabby.

Associate Director Climate Policy Initiative Indonesia (CPI), Tiza Mafira, menutur kan semakin banyak kreditur internasional yang ingin mendanai EBT, tidak hanya perbankan komersil, tetapi juga lembaga keuangan pembangunan (development finance institutions), seperti IFC.

Menariknya, kala dia, development Jinance adalah biasanya mereka memberikan pinjaman lunak. Karena itu, Indonesia perlu cermat memanfaatkan ini. “Dengan mengarahkan pendanaan seperti ini ke proyek EBT yang belum komersial, misalnya solar panel off-grid di klaster daerah terpencil yang tidak mungkin mengakses pendanaan dari bank," ujar Tiza.

Siapkan Pendanaan

Kepala Pertambangan Global IFC, Namrata Thapar, mengatakan investasi tersebut setara dengan pemberian daya listrik pada 10 juta rumah di Amerika Serikat (AS). Thapar dalam wawancara di Reuters Next Conference mengatakan portofolio energi IFC sekarang sudah mencapai sekitar delapan miliar dollar AS.

"Banyak dari proyek tersebut berada di wilayah yang sulit dalam arti mereka mungkin terpencil, jauh dari saluran listrik," kata Thapar.

Selain investasi energi langsung, IFC juga menyediakan pendanaan untuk pertambangan, yang merupakan elemen kunci dalam transisi energi yang tidak dapat terjadi tanpa logam, seperti tembaga, aluminium, kobalt, nikel, dan timah.

"Beberapa dari keterlibatan kami termasuk menjadi jangkar untuk infrastruktur bersama yang penting, seperti listrik, air, dan kereta api, (proyek pertambangan) dapat bertindak sebagai katalis untuk pembangunan semacam itu di pa sar negara berkembang," kata Thapar. ? ers/E-10