Satu hingga Dua Tahun, Interval Erupsi Dari Puncak Mahameru
Satu hingga Dua Tahun, Interval Erupsi Dari Puncak Mahameru
Media Name :
Koran Tempo
Publish Date :
Monday, 06 December 2021
News Type :
Article
Section/Rubrication :
Berita Utama
News Page :
-
News Size :
1 mmk
News Placement :
Front Cover Page
News URL :
-
Journalists :
Imam Hamdi
Mindshare :
Geologi
Tonality :
Neutral
Topic :
Gunung Semeru
Ads Value :
110,000
PR Value :
330,000
Media Score :
-
Media Tier :
-
Resources
  1. Mirzam Abdurrachman - vulkanolog dari Institut Teknologi Bandung (ITB),
  2. Abdul Muhari - Pelaksana tugas Kepala Informasi dan Komunikasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana
JAKARTA — Tidak ada seorang pun yang bisa menyebutkan kapan waktu pasti letusan gunung berapi. Namun pakar ilmu kebumian dapat memperkirakan waktu erupsi, seperti pada Gunung Semeru dua hari lalu, lewat dua pendekatan.

Pertama, melalui prediksi jangka panjang dengan menghitung interval waktu letusan dan perkiraan volume magma. Kedua, lewat prediksi jangka pendek dengan melihat data perubahan suhu dan deformasi gunung.

Gunung Semeru, yang Sabtu lalu meletus, di Jawa Timur, merupakan gunung api aktif tipe A. "Interval letusan jangka pendek, dalam kurun satu sampai dua tahun," kata vulkanolog dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Mirzam Abdurrachman, kepada Tempo, kemarin.

Dosen Kelompok Keahlian Petrologi, Vulkanologi, dan Geokimia Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) itu mengatakan letusan Semeru kali ini memuntahkan magma yang relatif sedikit. "Tetapi abu vulkanisnya banyak karena akumulasi dari letusan sebelumnya,” kata dia.

Pakar ilmu gunung berapi dapat memprediksi arah letusan. Gunung Semeru lahir di bidang yang miring ke selatan. Sehingga, Mirzam melanjutkan, letusan cenderung ke arah mata angin yang sama. Seperti pada letusan 2020, abu vulkanis cenderung mengarah ke tenggara dan selatan sesuai dengan embusan angin. "Arah serupa terlihat pada aliran lahar karena semua sungai yang berhulu di puncak Semeru mengalir ke selatan dan tenggara," ujarnya.

Erupsi Semeru pada Sabtu lalu menunjukkan kebaruan. Curah hujan tinggi, Mirzam melanjutkan, mempercepat proses erupsi. Hujan secara perlahan membuka tutupan puncak gunung yang tertimbun material letusan 2020. Kemudian magma keluar melalui kerucut gunung api.

Mirzam setuju atas pendapat yang menyatakan erupsi Semeru bisa disebabkan oleh dapur magma yang penuh dan longsoran material di sana. “Benar, ada dorongan dari bawah gunung," kata Ketua Program Studi Sarjana Teknik Geologi ITB itu. "Tapi proses kehilangan beban di tudung itu yang menjadi trigger utamanya."

Erupsi Semeru ini, Mirzam melanjutkan, dapat menimbulkan dua bahaya. Bahaya primer berkaitan langsung dengan letusan gunung, yaitu aliran lava, awan panas atau wedhus gembel, dan abu vulkanis. Adapun bahaya sekundernya dapat terjadi setelah erupsi, seperti banjir bandang atau banjir lahar. "Keduanya sama-sama berbahaya dan harus diwaspadai."

Peringatan itu sejalan dengan ramalan cuaca. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mengeluarkan peringatan dini bencana untuk Lumajang dan sekitarnya. BMKG memperkirakan wilayah tersebut bisa diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga lebat sampai Selasa mendatang.

Pelaksana tugas Kepala Informasi dan Komunikasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Abdul Muhari, meminta warga di sekitar Gunung Semeru mewaspadai erupsi susulan. "Siang tadi masih terjadi erupsi yang membuat evakuasi korban tertunda," ujarnya, kemarin petang.

BNPB akan memberikan informasi berkaitan dengan ancaman letusan susulan. Hingga kemarin, status aktivitas Gunung Semeru masih di level II atau waspada.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi meminta masyarakat, pengunjung, maupun wisatawan tidak beraktivitas dalam radius 1 kilometer dari kawah atau puncak Semeru, yang dikenal dengan Mahameru, dan dari jarak 5 kilometer arah bukaan kawah di sektor tenggara-selatan. Warga dan relawan juga diminta mewaspadai awan panas guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru. Radius dan jarak rekomendasi ini akan dievaluasi secara berkala.