Sabtu Kelabu di Kaki Gunung Semeru
Sabtu Kelabu di Kaki Gunung Semeru
Media Name :
Kompas
Publish Date :
Monday, 06 December 2021
News Type :
Article
Section/Rubrication :
Halaman Depan
News Page :
1&15
News Size :
300 mmk
News Placement :
Front Cover Page
News URL :
-
Journalists :
Ambrosius Harto
Mindshare :
Geologi
Tonality :
Neutral
Topic :
Gunung Semeru
Ads Value :
64,500,000
PR Value :
193,500,000
Media Score :
-
Media Tier :
-
Resources
  1. Liswanto - Kepala Pos Pemantauan Gunung Api (PPGA) Gunung Semeru Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM
  2. Khofifah Indar Parawansa - Gubernur Jatim
Suasana tegang terlihat di jalan raya Sumbermujur, Candipuro, Lumajang, Jawa Timur, Minggu (5/12/2021) menjelang pukul 10.30 WIB. Warga terlihat tergesa. Ada yang memacu sepeda motor sambil menenteng tas penuh pakaian, membonceng keluarga, balikan membawa kambing. Tersiar kabar, Gunung Semeru kembali erupsi.

Kabar ini jelas membuat warga panik karena trauma letusan Semeru, Sabtu (4/12), telah memorakporandakan desa di Kecamatan Pronojiwo dan Candipuro, menelan 14 korban jiwa dan melukai sedikitnya 98 orang.

Tim terpadu pun menunda perjalanan ke Sumberwuluh, salah satu lokasi bencana. Anggota Polri di Sumbermujur memang sempat melarang siapa pun menuju Sumberwuluh. Namun, sekitar 30 menit setelah kabar tersebut, sebagian warga, terutama dari Sumberwuluh, nekat kembali.

Mereka ingin menyelamatkan ternak kambing yang tertinggal. Ada juga sukarelawan menggunakan mobil bak terbuka membantu warga menjemput ternak mereka yang tertinggal mengungsi.

Suasana serupa terlihat di Desa Supiturang, Pronojiwo. Warga bergegas mengungsi sambil menyunggi kasur, bungkusan kain berisi pakaian, sampai menggendong ternaknya. "Kami hanya ingin mengambil baju dan beberapa barang. Setelah ini juga kembali ke pengungsian di SD Supiturang. Takut nanti guguran abu Semeru datang lagi,” kata Patra (40), warga RT 009 RW 004 Dusun Sumbersari, Desa Supiturang.

Petugas pun hilir mudik mengingatkan warga untuk segera kembali ke pengungsian. "Bapak, ibu, silakan turun. Ada kabar guguran abu kembali datang. Ini juga mendung dan mau hujan. Lebih baik berjaga-jaga agar jangan sampai seperti kemarin,” kata petugas.

Petugas pun membantu warga mengangkut barang-barang yang hendak diselamatkan demi ketenangan warga di pengungsian. Juga, agar mereka tak kembali ke rumah untuk sementara waktu. ”Kami membantu agar warga tidak bolak-balik ke rumah karena masih bahaya,” kata Ajun Komisaris Nono Sugiono. Komandan Kompi 4 Pelopor Satuan Brigade Mobil Polda Jatim, di Desa Supiturang.

Tak boleh diremehkan

Tak ada yang menduga, erupsi Semeru, Sabtu lalu, berdampak besar dan meluluhlantakkan sejumlah desa. Patra, misalnya, tak begitu cemas saat abu vulkanik terlihat kelabu. Namun, ia lalu memilih menyelamatkan diri setelah melihat volume abu membesar, dan bergerak cepat ke desanya.

Menurut Patra, dampak erupsi kali ini benar-benar besar, beda dengan tahun-tahun sebelumnya. Sebagai warga di desa rawan bencana erupsi Gunung Semeru. Patra tahu erupsi Semeru tidak boleh diremehkan.

Di Balai Desa Penanggal, Candipuro, Supriyanto, warga Sumberwuluh, menuturkan. Sabtu siang, langit tiba-tiba gelap seperti malam, ditingkahi suara guntur dan gemuruh berkepanjangan. "Kami sekeluarga langsung lari sejauh mungkin dari Curah Kobokan sampai Sumbermujur,” kata Supriyanto dengan mata berlinang. Dia beruntung, semua anggota keluarganya selamat.

Kondisi tak terduga itu membuat keluarga Marsukan (70) di Desa Supiturang menyiagakan truk di depan rumah. Ia memuat kasur, selimut, bantal, dan menyiapkan bahan makanan di bak belakang dan memasang penutup dari terpal. Marsukan dan keluarga pun tidur di truk yang diparkir di tepi jalan raya. Jika keadaan memburuk, mereka bisa langsung berangkat.

Liswanto, Kepala Pos Pemantauan Gunung Api (PPGA) Gunung Semeru Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM, mengatakan, kawah gunung tertinggi di Pulau Jawa itu bisa setiap saat kembali memuntalikan awan panas disertai abu vulkanik.

Di desa-desa terutama di Candipuro, sebenarnya sudah dipasang papan peringatan masuk kawasan rawan letusan Gunung Semeru. Penanda jalur evakuasi atau penyelamatan diri juga tersedia.

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, terpasangnya sejumlah penanda pada jalur evakuasi di desa-desa terdampak erupsi Semeru menunjukkan ada upaya mitigasi. Namun, fenomena gunung berapi memang spesifik dan sulit diprediksi, termasuk yang terjadi pada erupsi Semeru hari Sabtu lalu.

Sesungguhnya warga membutuhkan info peringatan dini bencana alam dari pemerintah untuk lebih menyadarkan mereka terhadap bahaya erupsi. Sebab, kata mereka, sampai kini belum ada sistem peringatan dini bencana ke warga.

"Warga mengandalkan info dari grup Whatsapp. Ini saya ikut di grup WA orang tambang pasir atau batu. Jadi kalau ada info terusan dari PVMBG, orang-orang tambang bisa segera menyelamatkan diri. Dari info itulah, saya teruskan ke warga lainnya.” kata Zainul Arifin, warga Supiturang.

Hidup di negeri cincin api jelas tak mudah. Kemampuan warga menjalankan kearifan lokal mengenali potensi bencana alam di sekitarnya kini tak lagi setajam leluhur mereka. Perlu kesiapan sistem peringatan dini dari pemerintah agar jangan ada lagi korban jiwa karena erupsi Semeru.