Migrasi ke Ramah Lingkungan
Migrasi ke Ramah Lingkungan
Media Name :
Koran Sindo
Publish Date :
Saturday, 04 December 2021
News Type :
Article
Section/Rubrication :
Headline
News Page :
1&2
News Size :
600 mmk
News Placement :
Front Cover Page
News URL :
-
Journalists :
faorick pakpahan, aprilia s andyna, ananda nararya, helmy syarif
Mindshare :
Geologi
Tonality :
Neutral
Topic :
Perubahan Iklim
Ads Value :
117,000,000
PR Value :
351,000,000
Media Score :
-
Media Tier :
-
Resources
  1. Laksana Tri Handoko - Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
  2. Fahmy Radhi - Pengamat energi dari Universitas Gadjah Mada
  3. Suprihatin - Ketua Departemen Teknik Industri Pertanian Institut PertanianBogor (IPB)
  4. Yuswohady - Pengamat ekonomi
AKARTA - Isu lingkungan dan perubahan iklim semakin mengemuka seusai pelaksanaan COP-26 di Glasgow, Skotlandia beberapa waktu lalu. Salah satunya dorongan negara-negara di dunia atas penggunaan teknologi ramah lingkungan (greentechnology). Bagaimana strategi Pemerintah Indonesia saat ini dan ke depannya dalam kebijakan dan implementasi penggunaan teknologi ramah lingkungan?

Langkah strategis diambil pemerintah untuk menghadirkan teknologi ramah lingkungan. Salah satunya dengan mendorong pengaplikasian green manufacturing menjadi salah satukonsep penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan sebagai bentuk respons terhadap isu lingkungan.

Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengungkapkan, pascaintegrasi sejumlah lembaga riset ke BRIN, saat ini Indonesia
memiliki kapasitas dankompetensi jauhlebihbXardalamupaya memberikan solusi berbasis riset serta ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), termasuk dalam hal teknologi hijau. Apalagi teknologi hijau ini secara umum membutuhkan kepakaran lintas disiplin sehingga pencarian berbagai solusi bisa dilakukan dengan lebih cepat karena semua sumber daya manusia, infrastruktur, dan anggaran berada dalam satu manajemen.

Sejauh ini ada berbagai solusi teknologi yang dalam pengembangan atau bahkan sudah selesai di berbagai sektor. Termasuk pengembangan autonomous individual mobile system (AIMS) berbasis listrik mumi sebagai alat transportasi masa depan. “Ini rencananya akan kami implementasikan di kawasan tertutup seperti berbagai kebun raya di seluruh Indonesia, kawasan sains dan teknologi seperti Puspiptek, Cibinong Science Center, dan lainnya," papar Handoko dalam penjelasannya kepada KORAN SINDO di Jakarta, Kamis.

BRIN juga telah melakukan beberapa jenis riset yang berkaitan dengan energi baru terbarukan (EBT). Sebagian di antarapenelitian itu sudah mulai diimplementasikan. Beberapa di antaranya adalah biocoal, pembangkit listrik tenaga (PLT)biogas POME, biogas limbah tahu, PLT bayu (angin), baterailitium untuk kendaraan listrik, stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU).

Selain itu riset teknologi yang juga tengah dikerjakan adalah berkaitan dengan insenerator ramah lingkungan. Misalnya teknologi pengolahan limbah cair dengan plasma nano bubble dan limbah padat dengan plasma. Kemudian inovasi lainnya berupa autoklaf temperatur rendah untuk limbah Covid-19, daur ulang jarum suntik, sertapelletizing dan rekristalisasi untuk daur ulangplastik medis.

Pengembangan teknologi ramah lingkungan ini tentu saja tidak hanya dilakukan sendiri. Handoromenegaskan, secara prinsip untuk riset aplikatif yang dekat ke hilir harus melibatkan para pelaku usaha karena merekalebih memahami karakter pasar dan konsumen. “Meski tidaksemua riset tersebut bisa langsung masuk pasar, umumnyakarena tingkat keekonomian, sebagian sudah bisa masuk kepasar. Misalnya alat penghancur jarum suntik,” jelasnya.

Meski demikian Handoko menyadari masih adakendala yang harus ditangani dalam pengembangan teknologi hijau di Tanah Air. Secara umum hal itu berupa tantangan menciptakan terobosan teknologi yang mampu menjawab persoalan. Di saatyangsama, inovasi itu juga harus memiliki tingkat keekonomian yangmemadai.

“Secara global teknologi hijau selalu berkonotasi mahal dan memangmahal. Untuk itu upaya menciptakan model bisnis baruyanglebih sesuai menjadi penting agar sildusbisa berjalan secara alami dan berkesinambungan," tandasnya.

Pengamat energi dari Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi mengatakan, teknologi hijau memiliki peranan yang sangat penting dalam mengurangi emisi karbon dan menciptakan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Menurutnya, perubahan iklim tidak bisa dilepaskan dari emisi gas rumah kaca yang secara global telah memperlihatkan dampaknya, baik secara ekosis tem maupun kesehatan.

Konsep teknologi hijau harus diterapkan untuk mengurangiemisi seperti konsep bangunan yanggreen dan juga mesin manufaktur yang green .“Sisipositif dari teknologi hijau adalah mendorong adanya siklus tertutup dan mengurangi limbah, dengan demikian pengurangan emisi bisa diwujudkan secara perlahan,” terangnya saat dihubungi KORAN SINDO.

Dari segi ekonomi keuntungan teknologi hijau adalah dapat menghemat biaya untuk mengolah pembuangan limbah sisa-sisa produksi sehingga akan mengurangi biayaproduksi Kemudian mengurangi biayapemakaian energi sebagai akibat dari transisi pemakaian energi berbasis fosil menjadi energi baru terbarukan.

Saat ini beberapa perusahaan mulai mengembangkan teknologi ramah lingkungan, salah satunya PT Perusahaan Lis trik Negara (Persero) telah mengembangkan berbagai inovasi terhadap pembangkit listrik tenaga uap (PLTU)yang menggunakan batu bara. Dengan demikian keberadaan sejumlah PLTU itu lebih ramali lingkungan. "Harapannya memang PLTU yang ada dan sedang dibangun menggunakan batu bara mestinya bisa diwajibkan menggunakan konversi sehingga output-nya lebili bersih lingkungan,” tegas Fahmy.

Dirinya menilai penggunaan batu bara dalam P LTU masih sangat relevan untuk saat ini hingga tahun-tahun ke depan. Terlebih ketersediaan batu bara di Indonesiamasih banyak. “Kalau kita lihat 57% pembangkit listrik masih memakai batu bara,” imbuhnya.

Dia pun mengusulkan kepada pemerintah untuk mewajibkan PLTU memasuki era baru dalam penggunaan batu bara dengan teknologi maju seperti penggunaan USC dengan memakai emission quality control system (EQCS) yangmenerapkan fluegas desulfurization (FGD)untuk meminimalkan sulfur. Teknologi ini digunakan untuk menghilangkan sulfur dioksida dari emisi gas buang pembangkit.

FGD membuat kandungan S02 yang dilepaskan ke atmosfer tidak mencemari udara. Upaya meminimalisasi emisi juga dilakukan dengan teknoiogi selective catalytic reduction (SCR) yang menghilangkan emisi N0X sehingga menjadi partikel yang tidak berbahaya. “Teknologi-teknologi itu sudah dipakai dan terbukti lebih ramah lingkungan," ucapnya.

Selain itu beberapa perusahaan lain seperti Siemens menawarkan produk untuk keperluan berbagai macam industri seperti pembangkit lis trik energi terbarukan, transmisi, dan distribusilistrikyangefisien dan andal serta motor list rik hemat energi bagi industri yang dapat membantu menekan biaya dan kadar emisi.

Namun yang menjadi hambatannya, saat ini pemanfaatan teknologiyang efisien dan ramah lingkungan dalam penyediaan energi di Indonesia masih rendah. Padahal hal tersebut bisa meningkatkan kualitas lingkungan dan ikut menjamfn keamanan pasokan energi. "Hal ini karena tidakada insentif bagi industri yang menghasilkan teknologi hemat energi dan ramali lingkungan," terangFahmy.

Di beberapa negara seperti Belanda dan Jerman, pemanfaatan teknologi yang efisien dan ramah lingkungan mendapat dukungan penuh dari pemerintah. Hal ini mempercepat peningkatan pemanfaatan teknologi tersebut di masyarakat. Balikan pembangkit listrik tenaga surya disediakan untuk setiap sekitar 1.000 rumah tangga dalam satu wilayah.

Di Indonesia sendiri pemanfaatan teknologi yang efisien dan ramah lingkungan masih rendah karena kurangnya dukungan pemerintah. Sebagai contoh, pemerintah mematok harga yangsama untuk energi listrik yang dihasilkan baik oleh pembangkit listrik tenaga batu bara maupun pembangkit listriktenaga angin.

Padahal nilai investasi untuk pembangkit listrik tenaga angin jauh lebill besar bila dibandingkan dengan pembangkit listrik lain yang membutuhkan energi tinggi. “Sebenarnya beberapa wilayah terpencil dilndonesia seperti Nusa TenggaraTimur dan Papua sangat cocok jika digunakan pembangkit listrik tenaga angin karena perairan di sekitar wilayah itu selalu ada angin," katanya.

Industri Harus Terapkan Teknologi Ramah Lingkungan

Di sisi lain Ketua Departemen Teknik Industri Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Suprihatin mengatakan pemerintah harus tegas mendorong industri untuk mulai menerapkan konsep ramah lingkungan. “Masih minimnya minat pengusaha menerapkan konsep teknologi hijau karena sebagian besar belum menyerap sosialisasi secara menyeluruh terhadap manfaat dan konsep tersebut," tuturnya.

Padahal, menurutnya, pemberlakuan konsep teknologi hijau berdampak positif cukup besar bagi perusahaan dan lingkungan, termasuk manusia. Selain itu pemerintah juga harus terus memberikan intensif sebagai pemicu kalangan industri tertarik mengembangkan konsep teknologihijau. "Kalau pelaku usaha sudah mengembangkan industri ramah lingkungan, maka profit dan daya saing tentu akan otomatis jadi keuntungan perusahaan, "tambahnya.

Teknologi hijau dapat diterapkan sebagai siklus hidup komoditas. Ia pun menambahkan, komoditas kelapa sawit misalnya, ini termasuk salah satu industri pertanian yang mendapatkan tekanan isu lingkungan paling kuat, terutama dari luar negeri. “Memang indu stri kelapa sawit ini disebut sebagai penyebab masalah lingkungan cukup besar, terutama limbahnya yang menimbulkan emisi metana dan berpengaruh terhadap pemanasan global. Jika dalam pengolahannya menggunakan teknologi ramah lingkungan, tentunya pengolahan limbah akan terminimalisasi," kata Suprihatin

Dia pun menegaskan bahwa penerapan teknologihijau bukan lagikebutuhan masa depan, tetapikebutuhan masa s ekarang untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan perubahan iklim.

Kalangan pengusaha merespons isu lingkungan tersebut dengan memberikan dukungan pemanfaatan teknologi hijau. Salah satunya pembangunan pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBm) berbasis masyarakat di Pulau Timor, NusaTenggara Timur (NTT).

PLTBm Timor akan memiliki karakteristik unik dengan mengedepankan partisipasi masyarakat lokal sebagai produsen biomassa kepada pembangkit dengan standar tata lingkunganyangketat. Wakil Ketua Komite Tetap Ketenagalistrikan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Jaya Waliono menjelaskan, pengembangdari PLTBm Timor ini ialah PT Charta Putra Indonesia (Clean Power Indonesia/CPI), sebuah perusahaan nasionalyang bergerakdibidang pembangunan pembangkit listrik tenaga biomasa (PLTBm) di daerah-daerah terdepan, terpencil, dan tertinggal (3T).

Pengusaha-pengusaha di Kadin juga ingin berpartisipasi aktif dalam pembangunan pembangkit listrik di daerah-daerah 3T. "Terutama untuk menggantikan P LTD yang mahal biaya pengoperasiannya dan sudah tidak sesuai dengan rencanapemerintah Indonesia yangberkomitmen untuk menurunkan gas rumah kaca sebesar 29 % dengan kemampuan sendiri atau40% dengan bantuan internasional sebelum tahun2030,” sebutnya.

Pengamat ekonomi Yuswohady mengatakan, teknologi ramah lingkungan merupakan sebuah konsep atau metode untuk mencapai tujuan tertentu dimana dalam pelaksanaannya mengacu pada wawasan lingkungan atau memperhatikan kaidah-kaidah lingkungan di sekitarnya. Pengertian tersebut telah mengilhami lahirya bermacam-macam teknologi terapan yang aman sekaligus bersahabat dengan makhluk hidup di bumi ataupun dengan lingkungan alam di sekitarnya. ? faorick pakpahan/ apriliasandyna/ an an da n ararya/ heltnysyarif