Cadangan Mengendap di Ujung Utara
Cadangan Mengendap di Ujung Utara
Media Name :
Koran Tempo
Publish Date :
Saturday, 04 December 2021
News Type :
Article
Section/Rubrication :
Berita Utama
News Page :
-
News Size :
1 mmk
News Placement :
Inside Page
News URL :
-
Journalists :
Efri Ritonga
Mindshare :
Minyak Dan Gas Bumi
Tonality :
Neutral
Topic :
Cadangan Migas
Ads Value :
110,000
PR Value :
330,000
Media Score :
-
Media Tier :
-
Resources
  1. Arya Dwi Paramita - Sekretaris Perusahaan Pertamina
  2. Komaidi Notonegoro - Direktur Eksekutif ReforMiner Institute
  3. Basilio Dias Araujo - Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi
  4. Julius Wiratno - Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi
JAKARTA - Cadangan gas sebesar 46 triliun kaki kubik tersimpan di Blok East Natuna. PT Pertamina (Persero), yang ditunjuk sebagai operator berdasarkan surat Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral pada 19 Januari 2017, belum melakukan eksploitasi. "Kami belum ada kegiatan di sana," ujar Sekretaris Perusahaan Pertamina, Arya Dwi Paramita, kepada Tempo, kemarin.

Arya tak menjelaskan alasan Pertamina belum mengeksekusi lapangan tersebut. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Tutuka Ariadji pernah menyebutkan proyek ini tidak ekonomis untuk digarap berdasarkan hasil kajian teknologi dan pasar yang dilakukan pada 2017. Salah satu tantangan terbesarnya adalah kandungan karbondioksida atau CO2 dalam gas yang mencapai 72 persen.

"Diperlukan fasilitas khusus untuk penghilang CO2," kata Tutuka saat berbicara dalam forum bertajuk "Towards A Comprehensive Strategy for The East Natuna Development" pada 7 Agustus lalu. Proses pemisahan CO2 membutuhkan investasi besar. Selain itu, perlu ada lokasi khusus untuk menyimpan CO2 yang telah dipisahkan.

Menurut Tutuka, pemerintah telah merancang strategi untuk meningkatkan keekonomian proyek di wilayah Provinsi Kepulauan Riau tersebut. Salah satunya dengan memanfaatkan teknologi carbon capture, utilization, and storage (CCUS). CO2 yang nanti ditangkap bisa disalurkan ke industri hilir. Salah satunya digunakan sebagai sumber energi listrik. Untuk menghemat energi saat proses pemisahan CO2, Kementerian Energi juga berencana memanfaatkan temperatur laut.

Pertamina sudah memulai pemanfaatan CCUS. Teranyar, kerja sama dilakukan dengan ExxonMobil. Senior Vice President Corporate Communication and Investor Relations Pertamina, Fajriyah Usman, menyatakan kedua perusahaan sedang mengkaji data subpermukaan untuk mencari tempat penyimpanan CO2. "Karbon akan disimpan di wilayah kerja hulu area Sumatera," tuturnya.

Sebelum dengan ExxonMobil, Pertamina menguji CCUS di Lapangan Gundih, Cepu, yang terintegrasi dengan teknologi enchanced gas recovery. Pengujian juga dilakukan di lapangan Sukowati, Jawa Timur. Jika berhasil, teknologi serupa akan diterapkan di East Natuna.

Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro, menyatakan masalah keekonomian bisa juga diatasi dengan memberi tambahan bagi hasil kepada mitra pengelola blok migas di ujung utara Indonesia tersebut. Hal serupa pernah diajukan ExxonMobil ketika mengajukan kontrak pengelolaan di wilayah tersebut kepada pemerintah, tapi tak ada kesepakatan yang terjalin.

Komaidi menyatakan porsi pemerintah yang berkurang akan dikompensasi dengan tambahan produksi migas. Blok East Natuna saat ini merupakan wilayah dengan cadangan gas terbesar di dalam negeri. "Kalau pemerintah tidak mau memberi bagi hasil lebih besar, pemerintah tak dapat apa-apa, bahkan berpotensi, dalam konteks sekarang, kehilangan cadangan kalau seandainya klaim Cina menguat," ujarnya.

Sebelumnya, pemerintah Cina melalui pernyataan diplomatik mendesak Indonesia menghentikan kegiatan eksplorasi di kawasan Natuna, yang mereka klaim masuk wilayah nine dash line. Cina menggunakan istilah nine dash line untuk menandai kedaulatannya di darat dan laut.

Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Basilio Dias Araujo, menuturkan permintaan Cina tersebut tidak mengancam keberlangsungan kegiatan eksplorasi minyak dan gas di perairan Natuna Utara. "Indonesia melakukan kegiatan eksplorasi masih di wilayah landas kontinen yang menjadi hak Indonesia," ujarnya. Untuk memastikan keamanan, pemerintah juga telah menugaskan TNI Angkatan Laut serta Badan Keamanan Laut.

Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, Julius Wiratno, juga memastikan kegiatan di perairan Natuna Utara berjalan aman. Dia mencontohkan, ketika Premier Oil Tuna B.V. beraktivitas di Wilayah Kerja Tuna, di lepas pantai Natuna Timur, untuk mengebor sumur delineasi Singa Laut-2 dan Kuda Laut-2, sempat terlihat beberapa kapal penjaga pantai Cina. "Tapi aktivitas tak terganggu karena ada pengamanan TNI Angkatan Laut," tuturnya.
VINDRY FLORENTIN