Ambisi TINS Listing Di Australia
Ambisi TINS Listing Di Australia
Media Name :
Bisnis Indonesia
Publish Date :
Friday, 03 December 2021
News Type :
Article
Section/Rubrication :
Investasi
News Page :
18
News Size :
1,350 mmk
News Placement :
Inside Page
News URL :
-
Journalists :
M Nurhadi Pratomo
Mindshare :
Mineral Dan Batu Bara
Tonality :
Neutral
Topic :
Timah
Ads Value :
168,750,000
PR Value :
506,250,000
Media Score :
-
Media Tier :
-
Resources
  1. Erry Riyana Hardjapamekas - Direktur Utama Timah
Tidak lama berselang setelah menggelar penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO), PT Timah Tbk. (TINS) menyimpan ambisi menancapkan kukunya di Australia.

Pengalaman investor di Australia yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap saham pertambangan membuat PT Timah Tbk. (TINS) tergiur untuk mencatatkan sahamnya di Bursa Negeri Kanguru.

Emiten berkode saham TINS melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Jakarta, Bursa Efek Surabaya, dan London Stock Exchange pada 19 Oktober 1995.

Dalam aksi korporasi itu, Timah menawarkan 50,33 juta saham baru dengan harga pelaksanaan Rp2.900. Dengan demikian, perseroan meraup dana segar sekitar Rp145,98 miliar.

Sejak saat itu, 35% saham perseroan dimiliki oleh masyarakat dari dalam dan luar negeri. Sedang pemerintah menyisakan kepemilikan 65%.

Setelah meraup dana segar dari penawaran umum perdana saham, ternyata TINS masih membidik listing di Bursa Australia. Rencana itu terekam dalam pemberitaan Bisnis Indonesia edisi 29 November 1997.

Direktur Utama Timah kala itu, Erry Riyana Hardjapamekas, mengungkapkan beberapa alasan perseroan kepincut untuk mencatatkan sahamnya di Negeri Kanguru. Salah satunya terkait pengalaman investornya berinvestasi di saham pertambangan.

"Selain itu bursa saham Australia juga terkenal dengan emiten pertambangannya," ujarnya dikutip dari Koran Bisnis Indonesia edisi 29 November 1997.

Dengan rencana itu, lanjut dia, perseroan berharap saham TINS akan semakin dikenal oleh pemodal asing. Namun, kala itu belum dibeberkan secara detail terkait eksekusi aksi korporasi tersebut.

Ambisi TINS saat itu mencuat di tengah kinerja perseroan yang tengah mengalami penurunan pada kuartal III./1997. Tercatat, laba bersih menciut 10,26% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya akibat melemahnya harga timah.

TREN HARGA

Harga logam timah di pasar dunia kala itu dilaporkan tengah melemah hingga kuartal III/1997. Bahkan, pergerakan sempat menyentuh titik terendah dalam 9 bulan di level US$5.315.

Adapun, rerata harga timah sepanjang kuar-tal III/1997 berada di kisaran US$5.456. Posisi itu lebih rendah dari US$6.157 pada kuartal III/1997.

Akibat penurunan harga, manajemen TINS memutuskan untuk mengurangi target penjualan logam periode 1997 menjadi sekitar 44.300 ton.

Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, tidak ada kelanjutan terkait rencana TINS untuk listing di Bursa Australia.

Kondisi berbeda kini tengah dihadapi oleh industri Timah saat ini. Data Bloomberg menunjukkan bahwa harga timah berada pada level US$33.921 per MT per penutupan 30 September 2021 atau per akhir kuartal III/2021.

Level ini mencerminkan penguatan 66,89% dari US$20.325. Kemudian, pada Oktober banderol komoditas tersebut sempat menguat lagi hingga level tertinggi US$38.125 per MT pada penutupan 20 Oktober 2021.

Kendati produksi masih di bawah target dan pendapatan turun 18,7% menjadi Rp11,93 triliun, TINS mampu mencatatkan margin keuntungan kotor atau laba bruto Rp1,99 triliun per akhir September 2021. Nominal ini menggambarkan peningkatan 177,61% secara tahunan dari posisi Rp719,22 miliar.

Sampai dengan akhir September 2021, perseroan membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk Rp611,98 miliar atau berbalik dari posisi rugi Rp255,15 miliar periode yang sama tahun lalu.