Transisi Energi Hijau, Pangkas Emisi Karbon
Transisi Energi Hijau, Pangkas Emisi Karbon
Media Name :
Kontan Harian
Publish Date :
Friday, 03 December 2021
News Type :
Article
Section/Rubrication :
Nasional
News Page :
14
News Size :
375 mmk
News Placement :
Front Cover Page
News URL :
-
Journalists :
Achmad Jatnika
Mindshare :
EBTKE
Tonality :
Neutral
Topic :
Transisi Energi
Ads Value :
26,625,000
PR Value :
79,875,000
Media Score :
-
Media Tier :
-
Resources
  1. Medrilzam - Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas
  2. Shinta Widjaja Kamdani - Koordinator Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia
JAKARTA. Pemerintah Indonesia terus melakukan berbagai upaya melakukan transisi sumber energi rendah emisi sebagai bentuk komitmen negara untuk mengurangi emisi karbon.

Kendati demikian, Climate Action Tracker (CAT) secara keseluruhan memberikan peringkat Highly Insufficient (sangat tidak cukup) terhadap upaya Indonesia mengatasi krisis perubahan iklim.

Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas Medrilzam menjelaskan, pemerintah telah mempersiapkan tiga rencana penting dalam transisi rendah emisi melalui pembangunan rendah karbon.

Pertama, pemerintah melakukan pengujian soal pengurangan emisi karbon untuk mendukung ekonomi hijau. Kedua, penerapan ekonomi sirkular dalam pola bisnis perusahaan. "Ketiga, transfer teknologi rendah karbon dan pengembangan sumber daya manusia (SDM)," katanya, Kamis (2/12). Medrilzam juga menegaskan pemerintah Indonesia akan mengajak swasta untuk menetapkan nilai ekonomi karbon (carbon pricing) tersebut.

Koordinator Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta Widjaja Kamdani menambahkan, target penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) merupakan tanggung jawab negara. Tetapi sektor swasta juga memegang peran penting dalam mewujudkan percepatan target tersebut.

"Pemerintah pusat harus mulai berkolaborasi dengan pihak swasta, pemerintah daerah, dan pihak-pihak lainnya untuk mencapai target iklim yang lebih ambisius. Keterlibatan sektor swasta merupakan suatu hal yang krusial. Salah satu diantaranya dalam pengembangan solusi dan inovasi teknologi," kata Shinta.

Anggota Komisi VII DPR RI, Fraksi Partai Golkar, Dyah Roro Esti menambahkan, ketika berbicara tentang sektor energi dan transisi energi ada beberapa hal yang ingin didorong, mulai dari ekosistem mobil listrik, kemudian pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terbesar di Asia Tenggara, meningkatkan penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT), meningkatkan industri berbasis energi bersih, serta meningkatkan kawasan industri hijau terbesar di dunia yang terpusat di Kalimantan Utara (Kaltara).

Sektor energi memang jadi tantangan tersendiri, terutama Indonesia yang merupakan penghasil energi fosil seperti minyak dan gas bumi (migas) dan batubara.

Dengan komitmen global untuk net zero emission pada tahun 2060 mendatang, maka perlu persiapan serius yang mulai dilakukan sekarang.

Melihat hal tersebut Co-Founder Indonesia Research Institute for Decarbonization, Paul Butarbutar mengatakan, secara prinsip Indonesia adalah salah satu kontributor dari emisi karbon yang besar secara global, sehingga Indonesia dapat mengkoreksi kebijakan sebelumnya dan menyiapkan kebijakan yang berdampak pada penurunan emisi karbon. "Salah satunya moratorium izin pembukaan hutan dan pengurangan deforestasi," kata dia.